Main Article Content

Abstract

Character education is an effort to embed intelligence in thinking, appreciation in attitude, and practice in the form of behavior which is consistent with the values and norms as well as noble personality. Therefore we need inuring, modeling, and a conducive environment within family, school, community, and support from the mass media, especially television exposure. The school principal, teachers, parents, and communities are required to be role models for younger generations. However, habituation and ideals in the daily behavior are not easy. Television media with different characteristics is hopefully able to minimize these constraints. Television is the most popular mass media. Television also can dramatize and photograph the reality of everyday life in society in audio-visual based. The reality mentioned here comprises the appreciation and cultivation of religious teachings, the nation’s cultural diversity, local knowledge, natural resources, social life, development of creativity, including the history of national struggle and folklore. Certain presentation format could optimize the concept of drama, soap opera, or a true story. Characterization and location setting describe Indonesian territory that accommodate the diversity culture, ethnic, religion, and the local environment. The role of community is very important to influence television station in order to broadcast educating programs. Similarly, government commitment and policy as well as private concerns is expected i order to instill character education through television.

 

ABSTRAK

 

Pendidikan karakter merupakan upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bersikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma serta akhlak mulia. Oleh karena itu, diperlukan pembiasaan, keteladanan, dan lingkungan yang kondusif baik di keluarga, sekolah, masyarakat, serta dukungan exposure media massa khususnya televisi. Kepala sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat dituntut menjadi teladan bagi generasi muda. Namun, pembiasaan dan keteladanan dalam berperilaku sehari-hari tidak mudah. Media televisi dengan berbagai karakteristiknya optimis dapat meminimalisir kendala tersebut. Televisi merupakan media massa yang paling digemari. Televisi juga dapat mendramatisasi dan memotret realitas kehidupan sehari-hari di masyarakat dalam bentuk audio visual. Realitas tersebut merupakan penghayatan dan penanaman ajaran agama, keanekaragaman budaya bangsa, kearifan lokal, kekayaan alam, kehidupan sosial kemasyarakatan, pengembangan kreativitas, termasuk sejarah perjuangan bangsa dan cerita-cerita rakyat. Format sajian dapat mengoptimalkan konsep drama, sinetron, atau kisah nyata. Penokohan dan setting lokasi menggambarkan wilayah Indonesia dengan mengakomodir keragaman budaya, suku, agama, dan lingkungan lokal. Untuk mewujudkan harapan ini peran masyarakat sangat penting dalam mempengaruhi stasiun televisi untuk menyiarkan acara yang mendidik. Begitu pula diperlukan komitmen dan kebijakan pemerintah, serta kepedulian swasta dalam menanamkan pendidikan karakter melalui televisi.

Article Details

How to Cite
Anwas, O. M. (2010). Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(9), 256-266. https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i9.517

References

  1. Anwas, Oos M. 1999. Antara Televisi, Anak, dan Keluarga. Artikel Jurnal Teknodik, Jakarta: Pustekkom Depdiknas No. 7/IV/Teknodik/Oktober/1999.
  2. _______, 2009. Membangun Media Massa yang Mendidik Masyarakat. Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional Vol. 15 No. 1 Januari 2009.
  3. Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2010. Indikator Sosial Budaya; Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Menonton Televisi, Mendengarkan Radio, dan Membaca Surat Kabar/ Majalah. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=27¬ab=35 (18 September 2010).
  4. Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory. New Jersey: Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs.
  5. Elkind, David H dan Freddy Sweet. 2004. How to Do Character Education. http://www.goodcharacter.com/Article_4.html (27 September 2010).
  6. Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014; Paparan Mendiknas Mohammad Nuh dalam Rembug Nasional Pendidikan 2010. Depok: 2-4 Maret 2010.
  7. www.dikti.go.id/.../Rembuknas2010/REMBUK-MENDIKNAS-2010-V-2.pdf (27 September 2010.
  8. Littlejohn, SW. 1996. Theories of Human Communication. Wadsworth, Publishing Company. An
  9. International Thomson Publishing Company.
  10. McQuail, Denis dan Sven Windahl. 1996. Communication models; for the study of mass communication. London & New York:Longman.
  11. Perin Donald G, 1977. Instructional Television: Synopsis of Television in Education, New Jersey:
  12. Educationa Technology Publication.
  13. Raharjo, Sabar Budi. 2010. Pendidikan Karakter sebagai upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. Vol. 16 No.3 Mei 2010.
  14. Rakhmat, Jalaludi. 1991, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan.
  15. Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter, http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/
  16. pages/urgensi.html (27 Sept 2010).
  17. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  18. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
  19. Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune. 1984. Educational psychology for teachers. Second edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.