Main Article Content

Abstract

Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu merupakan ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan sosial-kultural dibangun di alas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya, dll). Secara akademis, konsep bhinneka tunggal ika tersebut dapatdipahami dalam konteks konsep generik multiculturalism atau multikulturalisme. Dalam konteks itu, komitmen final tentang NKRI, Pembukaan UUD 1945 yang diterima secara konsisten dengan Pancasila di dalamnya, wawasan Nusantara yang mempersatukan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke serta pengakuan kebudayaan Indonesia yang merajut puncak-puncak budaya dari semua etnis yang ada di Indonesia, merupakan indikasi yang kuat bahwa Indonesia tidak menganut konsep American's melting pot, atau Australia's ethnic selection, atau Malaysia's three ethnicity coexistence, atau Argentina's social cultrural assortment tetapi merupakan eclectic model dari Canada's cultural mosaic dengan konsepsi Bhinneka Tunggal Ika Mpu Tantular

Article Details

How to Cite
Winataputra, U. S. (2008). Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal lka Dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 14(75), 1009-1027. https://doi.org/10.24832/jpnk.v14i75.364

References

  1. Abdillah, M. 1999. Islam dan Masyarakat Madani, Kompas: 27 Februari 1999
  2. Abdurrahman, M. 1999. Peran Masyarakat Akademis sebagai Bagian Masyarakat Madani, Kompas: 29 April 1999
  3. Arifin, S. 1999. Etika Pluralisme dan Konstruksi Masyarakat Madani, Republika: 14 Mei 1999
  4. Asyari, A. 1999 Masalah Dilematika dalam Membangun Masyarakat Madani, Republika: 23 Februari 1999
  5. Bertens, K. 1999. Masyarakat Madani dan Prinsip Subsidiaritas, Suara Pembaharuan: 17 Juli 1999
  6. Burhanuddin. 1999. Masyarakat Madani: Lonceng Kematian atau Kebangkitan?, Media Indonesia: 4 Maret 1999
  7. Giddens. 1999. Konsep Masyarakat Madani dalam Konteks Negara Kesejahteraan, Kompas, 19 Maret 1999
  8. Iskandar DJ. 1999. Birokrasi dalam Arus Masyarakat Madani, Pikiran Rakyat: 24 April 1999
  9. Kompas. 1999. Masyarakat Madani Makin Sulit Diwujudkan, 23 Maret 1999
  10. Madjid N. 1999. Masyaraakat Madani dan Investasi Demokrasi, Republika:10 Agustus 1999
  11. Maksun, F.Z. 1999. Membangun Masyarakat madani yang Profetis, Suara
  12. Pembaharuan: 25 Juni 1999
  13. Mulder N. 1998. Masyaraakat Madani tak Bisa Andalkan Nilai Jawa, Kompas: 20 November 1998
  14. Noor Syam, M. 2006. Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit.
  15. Dikdas, Ditjen Mandikdasmen
  16. Quigley, C. N., Buchanan, Jr. J. H., Bahmueller, C. F. 1991. Civitas : A Frame­work for Civic Education, Calabasas: Center for Civic Education
  17. Republik Indonesia. 1945. Undang-undang Dasar 1945, Jakarta
  18. ___ .2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta
  19. Sudarsono, J. 1999. Fostering Democratic Living: The Roles of Governmental and Community Agencies, Bandung : CICED Suara Pembaharuan, 1999. Masyaraakat Madani Tercermin dalam Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1999
  20. Suryohadiprojo, S. 1999. Bentuk Pemerintah yang Profesional dan Demokratis, Republika: 11 November 1999
  21. Winataputra,U.S. 1978. A Pilot Study of The implementation of The SMA
  22. PMP Curriculum in Bandung Area, Sydney: Macquarie University (MA. Thesis)
  23. ___ . 2001. Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (Disertasi)