Main Article Content

Abstract

This study will explain the social changes as a resulted of moved Betawi Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng Sawah is the area that still maintained its environment, a cool
environment, beautiful and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the persistence of the homes still using typical stage Betawi. Also, still survive Betawi’s food and many accessories of Betawi. Other factors because Srengseng Sawah is considered to have potential to develop cultural tourism.

 

ABSTRAK

Penelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism).

Article Details

How to Cite
Hidayat, R. (2016). Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(5), 560-572. https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i5.486

References

  1. Alamsyah P, Suwardi, Agus Heryana, Ria Intani, Endang Supriatna, Nina Merlina, T. Dibyo Harsono. 2004. Fungsi Keluarga dalam Penanaman Nilai-Nilai Pada Masyarakat Betawi di DKI Jakarta (Jakarta:Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata).
  2. Evers, Hans Dieter. 1986. Sosiologi Perkotaan;Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:LP3ES).
  3. Herlambang, Soerjono. 2006. Kisah Lapangan Monas, Politik Kota dan Hak Atas Kota dalam Chris Verdiansyah. 2006. Politik Kota dan Hak Warga Kota;Masalah Keseharian Kota Kita (Jakarta:Penerbit Buku Kompas).
  4. Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 323 Tahun 1985 tentang Penyusunan Konsep Pelaksanaan Daerah Condet sebagai Daerah Buah-Buahan.
  5. Instruksi Gubernur DKI Jakarta No. 19 Tahun 1986 tentang Status Quo Pengembangan Kawasan Condet.
  6. Instruksi Gubernur DKI Jakarta No. 227 Tahun 1986 tentang Pencabutan Status Quo Pengembangan Kawasan Condet.
  7. Jary, David and Julia Jary. 1991. The Harper Collins Dictionary Sociology. (New York:Harper Collins Publisher).
  8. Jellinek, Lea 1984. Seperti Roda Berputar;Perubahan Sosial Sebuah Kampung di Jakarta (Jakarta:Penerbit LP3ES).
  9. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi I. (Jakarta : PT. Rhineka Cipta).
  10. Manning, Chris dan Effendi, Noer Tadjuddin. 1996. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia).
  11. McGee, T.G. 1971. The Urbanization Process in The Third World (London:G Belll and Sons, Ltd).
  12. Nas, PJM. 1979. Kota di Dunia Ketiga ; Pengantar Sosiologi Kota dalam Tiga Bagian (Jakarta:Bhratara Karya Aksara).
  13. Neuman, Lawrence. 1994. Social Researchs Methods:Qualitative and Quantitative Approaches.
  14. (Boston:Allyn and Bacon).
  15. Peraturan Daerah DKI Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.
  16. Raharjo, 1983. Perkembangan Kota dan Permasalahannya. (Jakarta:PT Bina Aksara).
  17. Ramelan, Ran. 1977. Condet Cagar Budaya Betawi, (Jakarta:Penerbit Lembaga Kebudayaan Betawi).
  18. Saidi, Ridwan. 1996. Demokrasi dalam Perspektif Budaya Betawi dalam Najib, Muhammad, dkk (1996).
  19. Demokrasi dalam Perspektif Budaya Nusantara (Yogyakarta:Penerbit LKPSM).
  20. Saifuddin, Ahmad Fedyani. 2006. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. (Jakarta:Penerbit Kencana).
  21. Saunders, Peter. 1989. Social Theory and the Urban Question. (London:Unwin Hyman).
  22. Shahab, Yasmine Zaki. 1994. The Creation of Ethnic Tradition ; The Betawi of Jakarta (London:School of Oriental and African Studies).
  23. Smith, Michael Peter dan Joe R. Feagin (ed). 1987. The Capitalist City. (Oxford-Cambridge:Blackwell Publishing)
  24. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta:Penerbit Rajawali Pers).
  25. Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. (Jakarta:Penerbit LP FE UI).
  26. Syuaib M, Fauzie. 1996. Demokrasi dalam Perspektif Budaya Betawi dalam Najib, Muhammad, dkk (1996). Demokrasi dalam Perspektif Budaya Nusantara (Yogyakarta:Penerbit LKPSM).
  27. Sztompka, Piotr.2005. Sosiologi Perubahan Sosial (Terjemahan Alimandan), (Jakarta: Penerbit
  28. Prenada).
  29. Surjomihardjo, Abdurachman.1973. Perkembangan Kota Jakarta (Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah DKI).
  30. Susser, Ida (ed). 2002. The Castells Reader on Cities Social Theory. (Oxford:Blackwell Publishing).
  31. Surat Keputusan (SK) Gubernur No D. IV-1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974 tentang Penetapan Condet sebagai Pengembangan Kawasan Budaya Betawi.
  32. Surat Keputusan Gubernur No D.I-7903/a/30/75 tanggal 18 Desember 1975, tentang Penetapan Condet sebagai Daerah Buah-buahan.
  33. Travers. 2001.Qualitative Researchs Through Case Studies.(London:Sage Publications).