Main Article Content
Abstract
Dunia politik dalam era virtualitas menampilkan dirinya dalam berbagai wujud penampakan: kebenaran, kepalsuan; permukaan, kedalaman; kejujuran, absurditas, esensi, ironi. Diperlukan metafora untuk memahami makna berbagai penampakan politik yang saling bertentangan itu. Makna politik dapat dibentangkan melalui metafora cahaya. Cahaya adalah sesuatu yang memberikan penerangan, semacam pelita yang mengantarkan manusia guna mendapatkan pencerahan. Pencerahan yang dikemukakan dalam buku ini ditampilkan dari tiga sudut pandang kajian, yakni pembahasan permasalahan politik dari segi cultural studies, metode semiotika, dan fenomenologi-hermeneutika. Buku ini merupakan upaya untuk menafsirkan fenomena-fenomena budaya politikterutama aktor-aktor politik-dengan menggunakan ketiga pendekatan tersebut.
Keywords
Article Details
References
- Eco, Umberto. 2004. Tamasya dalam Hiperealitas. Yogyakarta: Jalasutra.
- Harker, Richard, Cheelen Mahar, dan Chris Eilkes (ed.). 2005. (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik, Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu (penerj. Pipit Maizier). Yogyakarta: Jalasutra.
- Mohamad, Goenawan. 2006. Catatan Pinggir 6. Jakarta: Pusat Data Analisa Tempo.
- Piliang, Yasraf A. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat. Bandung: Mizan.
- Piliang, Yasraf A. 1995. Transpolitika, Dinamika Politik di dalam Era Virtualitas. Yokyakarta: Jalasutra.
- ______, 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
- ______, 2004. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika. Yogyakarta: Jalasutra.
- Identitas Buku : Transpolitika, Dinamika Politik di dalam Era VirtualitasPengarang : Yasraf A. PiliangPenerbit : Jalasutra, Yogyakarta Tahun : 2005 (cetakan I)