Main Article Content
Abstract
The purpose of this article is to examine curriculum development in the context of decentralized education governance. The results of the study show that, firstly, the legislation in effect contains provisions that make it possible for each district/region to play a role in developing curriculum tailored to the characteristics, needs and potential of each district/region. Second, diversifying and customizing curriculum content can begin with the formation of ideas and designs as well as the implementation and evaluation of the existing curriculum. Alterations made to curriculum content can range in scope from the structuring of the curriculum, the selection of essential study materials or the elaboration upon the existing standard. Third, there needs to be a change in the understanding of curriculum diversification and development. Such development should be understood as intricate work that requires professionals and experts to work together as a team to be more adequate, efficient and effective. Fourth, in terms of human resources, regional areas in Indonesia are considered to have people who are experienced in developing and customizing curriculum. Fifth, diversification of the curriculum still requires a variety of regulations to form a basis from which the development team can carry out its duties. It can be concluded that policy that facilitates the customization of the curriculum has been enacted to encourage diversity, which evolves continuously without disregarding national education goals.
ABSTRAK
Â
Tujuan artikel ini untuk mengkaji khasanah pengembangan diversifikasi kurikulum ditinjau dari domain desentralisasi pendidikan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertama, dari sisi peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat ketentuan yang mengikat semua pihak bahwa daerah dimungkinkan dapat berperan dalam pengembangan diversifikasi kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan dan potensinya. Kedua, konten diversifikasi kurikulum dapat dimulai dari ide, perancangan, implementasi dan evaluasi kurikulum yang cakupannya mulai dari penataan struktur, pemilihan bahan kajian yang esensial baik secara utuh maupun merupakan penjabaran dari standar yang ada. Ketiga, dengan memandang bidang pekerjaan pengembangan diversifikasi kurikulum sebagai wilayah garapan yang tidak sederhana diperlukan tenaga pengembang yang profesional, yang berarti tim tidak mungkin bekerja sendiri agar tugas-tugas tim menjadi lebih memadai, efisien, dan efektif. Keempat, dari kesiapan sumber daya manusia daerah dianggap cukup berpengalaman dalam mengembangkan diversifikasi kurikulum. Kelima, bahwa diversifikasi kurikulum masih memerlukan beragam regulasi sebagai dasar bagi tim pengembang untuk melaksanakan tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diversifikasi kurikulum merupakan kebijakan yang telah diberlakukan untuk mendorong keberagaman berkembang secara terus menerus tanpa menafikan tujuan pendidikan nasional.
Article Details
References
- Alfred, R. L. & Carter, P. 1995. Building the Future: Comprehensive Educational Master Planning Report 1995-2005. Alabama: University of Alabama & Community College Consortium.
- Ashley, A. J, & Jaap V. 2015. The Department as a Third Sector Planner: Implementing Civic Capacity through the Planning Core Curriculum. Journal of Planning Education and Research, 0739456X15591281, July 9, 2015.
- Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Laporan BSNP Tahun 2010. Jakarta: BSNP.
- Beauchamp, G. 1975. Curriculum Theory. Willmette, Illionis: The Kagg Press.
- Brennan, M. 2011. National Curriculum: A Political-Educational Tangle. Australian Journal of Education, 55(3), hlm. 259-280.
- Burki, S. J., Guillermo E. P. & William R. D. 1999. Beyond the Center: Decentralizing the State. The World Bank, Washington D.C.
- Dauda, C. L. 2004. The Importance of De Facto Decentralization in Primary Education in Sub-Saharan Africa PTAs and Local Accountability in Uganda. Journal of Planning Education and Research, 24(1), hlm. 28-40.
- Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
- Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
- Gadjong, A.A. 2007. Pemerintahan Daerah: Kajian Politik dan Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia.
- Gessler, M. & Ashmawy, I. K. 2014. The Effect of Political Decentralization on School Leadership in German Vocational Schools. Educational Management Administration & Leadership, 1741143214549967, December 9, 2014.
- Hasan, S. H. 2013. Kecenderungan dan Perubahan Pola Pikir untuk Memahami Kurikulum 2013.
- Makalah Disampaikan dalam Pembekalan Pelatih Nasional Kurikulum 2013 di Grand Topic Hotel. Jakarta: Kemdikbud.
- Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- Ilyasin, M & Nurhayati, N. 2012. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
- Isjoni. 2006. Membangun Visi Bersama; Aspek-aspek Penting dalam Reformasi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Law, E., Galton, M., & Wan, S. 2010. Distributed Curriculum Leadership in Action: A Hong Kong Case Study. Educational Management Administration & Leadership, 38(3), hlm. 286-303.
- López, O. S. 2007. Classroom Diversification: A Strategic View of Educational Productivity. Review of Educational Research, 77(1), hlm. 28-80.
- Lubis, M. S. 2011. Telaah Kurikulum. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
- Manan, B. 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Cetakan pertama. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII.
- Nasir, M. 2013. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks Pendidikan Islam di Madrasah. Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 10(1), hlm. 1-18.
- Nuh, M. 2014. Lampu Masyarakat Terdidik. Kompas. 23 September 2014. Hal. 6.
- Nurcholis, H. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Grasindo.
- Nurohman. 2011. Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Upaya Pencapaian Mutu Pendidikan di MTs Annur Karangjunti Losari Brebes (Suatu Studi Analisis Pelaksanaan KTSP di MTs Annur Karangjunti, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes). Tesis. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon.
- O’Brien, D. 2015. Cultural Value, Measurement and Policy Making. Arts and Humanities in Higher Education, 14(1), hlm. 79-94.
- Papanastasiou, N. 2012. Comparison as Curriculum Governance: Dynamics of the European-Wide Governance Technology of Comparison within England’s National Curriculum Reforms. European Educational Research Journal, 11(3), hlm. 413-427.
- Pinto, L. E. 2014. Learning through Civic Participation: Policy Actors’ Perspectives on Curriculum Reform Involvement in Ontario. Policy Futures in Education, 12(3), hlm. 403-416.
- Ravitch, D. 1995. National Standards in American Education. Washington DC: Brooking Institution Press.
- Razzaq, J., & Forde, C. 2013. The Impact of Educational Change on School Leaders: Experiences of Pakistani School Leaders. Educational Management Administration & Leadership, 41(1), hlm.63-78.
- Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
- Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Ditjen Otda.
- Republik Indonesia. 2006. Perpu Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Ditjen Otda.
- Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Tamita Utama.
- Reyes-GarcÃa, V., Vadez, V., Aragón, J., Huanca, T., & Jagger, P.A. 2010. The Uneven Reach of Decentralization: A Case Study among Indigenous Peoples in the Bolivian Amazon. International Political Science Review, 31(2), hlm. 229-243.
- Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Buku Kompas.
- Sabarno, H. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar Grafika.
- Sutjipto. 2011. Bantuan Teknis Profesional Pengembangan Kurikulum kepada Tim Pengembang Kurikulum Daerah sebagai Wahana Pemberdayaan Staf Pusat Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17(3), hlm. 338-354.
- Tihanyi, L., Ellstrand, A. E., Daily, C. M., & Dalton, D. R. 2000. Composition of the Top Management Team and Firm International Diversification. Journal of Management, 26(6), hlm. 1157-1177.
- Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.
- Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2011. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Grasindo.
- West, A., Allmendinger, J., Nikolai, R., & Barham, E. 2010. Decentralisation and Educational Achievement in Germany and the UK. Environment and Planning C: Government and Policy, 28(3), hlm. 450-468.
- Wette, R. 2009. Making the Instructional Curriculum as an Interactive Contextualized Process: Case Studies of Seven ESOL Teachers, Language Teaching Research, 13(4), hlm. 337- 365.
- Widjaja, H.A.W. 2007. Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- Yan, C. 2014. We Can’t Change Much Unless The Exams Change: Teachers’ Dilemmas in The Curriculum Reform in China. Improving Schools, 18(1), hlm. 5-69.
- Yin, H., Lee, J.C.K., & Wang, W. 2014 Dilemmas of Leading National Curriculum Reform in a Global Era: A Chinese Perspective. Educational Management Administration & Leadership, 42(2), hlm. 293-311.